Primbon merupakan salah satu kitab yang isinya mengenai pembedahan berbagai sisi dari sudut pandang budaya Jawa /Kejawen. Sebagian besar isinya merupakan kajian nenek moyang mengenai karakteristik manusia, tumbuhan , hewan, dan juga alam semesta. Termasuk di dalamnya adalah ramalan mengenai arti nama seeorang menurut primbon Jawa.
Sebagian besar masyarakat di Pulau Jawa masih menggunakan kitab ini sebagai patokan di setiap tindakan. Mulai dari mencari arti nama hingga mencari hari baik untuk membeli suatu barang. Dan menjadi hal yang sangat wajar bila masyarakat menyukai primbon karena isinya yang sangat lengkap di segala bidang kehidupan.
Tidak Bisa Menjadi Patokan
Sebenarnya, dalam kitab Jawa ini tidak semuanya bisa dijadikan patokan. Bagi masyarakat modern seperti sekarang, keberadaan primbon dan penggunaannya semestinya hanya digunakan sebagai ajang pelestarian budaya saja. Namun bagi yang percaya dan menggunakannya, juga tidak bisa serta merta bisa dijustifikasi bahwa mereka salah. Karena secara umum, rumusan-rumusan di dalamnya sangatlah baik.
Mencari arti nama seseorang menurut primbon Jawa sah-sah saja dilakukan. Biasnya dalam kitab primbon Jawa arti nama akan dijabarkan dengan sangat jelas sehingga hasilnya bisa digunakan sebagai ajang evaluasi diri. Saat ini mencari arti nama dari primbon cenderung agak sulit bila dilakukan dengan membuka kitab ini. Cukup banyak hal-hal yang harus dipelajari terlebih dahulu sebelum memahami buku ini. Cara yang lebih praktis digunakan adalah dengan internet yang sudah banyak menyediakan aplikasi primbon.
Sebagai Ajang Pelestarian Budaya
Dengan membuka aplikasinya, kita hanya perlu mengetikkan nama dan analisis arti nama seseorang menurut primbon jawa akan muncul dengan sendirinya. Meski terlihat begitu praktis, namun sebenarnya tidak terlalu dianjurkan menggunakan primbon untuk mencari arti nama seseorang. Bila terdapat kemiripan analisis, maka itu hanya sebuah kebetulan semata.
Di jaman yang semodern ini penggunaan primbon lebih baik dijadikan sebagai ajang pelestarian kekayaan budaya Jawa saja. Intinya, selama hasil ramalan hanya dijadikan sebagai indikator dan tidak dipercaya secara mutlak, maka dipersilahkan.